Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Teka-Teki Rasa

Gambar
"Jelas saja lukamu tak kunjung pergi dari lubuk hati. Sebab, ternyata kau selalu memanggilnya dengan tanpa sadar dan terus memikirkannya. Bahkan, mengharapkannya datang (lagi)." Ukhtii... Untuk apa kau menangisinya yang telah pergi dengan yang lain? Untuk apa kau menimbun harapan padanya yang tak bersedia memberikanmu kepastian. Bukan hanya kepastian, bahkan karena sudah tak ada lagi harapan dan tak ada lagi cinta untukmu di ruang hatinya. Duhai, Ukhtii... Sadarlah! Pabila kau berkata, "Aku tak bisa melupakannya." Itu adalah ungkapan yang keliru. Salah. Yang benar adalah; aku belum bisa melupakannya. Melupakan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Entah itu karena terlalu banyak untaian KENANGAN yang telah ia ciptakan, entah itu karena kau berpikir bahwa dialah yang terbaik dan tak ada yang lebih baik dari dirinya,..., atau dalih apapun itu. Yang pasti... Ukhtii mesti bangkit dan mulai berjalan lagi. Melupakan juga ada prosesnya, lho. Ingat! Unt

Pelampiasan, Cinta Sendiri, dan Kepercayaan

Gambar
Pernah kudengar curahan hati dari seorang gadis. Ia bercerita tentang keluh-kesahnya, kegelisahan di hatinya, dan kemuraman yang bertandang ke ruang qalbunya. .............. Panjang lebar ia bercerita tentang durja yang menggunung di lubuk hatinya. Juga... tentang seseorang yang ia cinta yang tak jua memberi kabar akan pesan singkat semalam. Sebuah pertanyaan pun mencuat dalam benak gadis itu. "Apakah aku hanya dijadikan pelampiasan semata?" Aku pun berpikir keras lantas menatap langit. Hatiku membatin. Bukankah cinta perlu kepercayaan? Dalam hal ini... aku tak melihat kepercayaan itu di dalam diri gadis itu. Sekali lagi, hatiku menegaskan bahwa cinta sejati itu dilandaskan atas sebuah kepercayaan. Kepercayaan yang kokoh. Itu yang kutahu. Tapi... jika kepercayaan itu telah pupus, apakah itu benar-benar cinta? Kurasa itu bukan cinta. Mungkin... itu hanyalah ego saja yang berkecimpung dengan hasrat semata. *** Di usia yang sudah menginjak dewasa ini, kup

Luka, Harapan, dan Secercah Cahaya dari Tuhan

Gambar
"Luka, Harapan, dan Secercah Cahaya dari Tuhan" Bagaimana aku bisa kuat, jika ternyata ada banyak alasan yang membuatku mudah melemah dan lelah. Bagaimana aku bisa tersenyum, jika nyatanya air mataku sudah menumpuk di pelupuk mataku. Bagaimana aku bisa bangkit, jika senyummu selalu buatku sakit. Dan... bagaimana aku bisa merasakan bahagia, jika bahagiaku dibawa oleh dirimu dan sayapku patah karenamu. Sebab, kaulah bagian dari kebahagiaan terbesar dalam hidupku dan kaulah yang selalu kubutuhkan. Bagaimana? Ach! Ini memang salahku. Kesalahan terbesarku karena telah menanam bebijian rasa sampai benar-benar menjadi pepohonan nan rindang. Ini memang salahku. Aku telah terjebak dalam cinta yang membutakan mata hati. Dan, kini aku pun tak tahu arah karena semua yang kulihat adalah kegelapan. Dengan susah payah dan terlunta-lunta kucari-cari jalan keluar dari labirin nan pengap ini. Kuberlari, lantas jatuh lagi. Aku bangkit, lantas sukmaku didera sakit yang tak kunjung us