Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Maka Biarkan Aku Menangis πŸ’§

"Maka Biarkan Aku Menangis" Jangan tanya kenapa aku menangis, jika tanyamu tak meredakan rintik air mataku. Aku memang punya alasan untuk menitikkan air mataku. Tapi jika kautahu alasanku, apakah kau akan menenangkanku? Apakah kau akan menyediakan bahumu untukku bersandar saat ku bersedih? Jangan tanya kenapa aku menangis, sebab tangisku ini tak terperikan oleh kata-kata sesendu apa pun. Meski pun aku mampu menuliskan betapa muramnya langit di qalbuku, tapi aku tetap saja tak berdaya 'tuk mengutarakan segalanya lewat kata-kata. Karena, isi hatiku mungkin saja menyimpan pilu atau menenggelamkan bahagia. Sudah. Jangan tanya kenapa aku menangis. Jangan. Kumohon. Saat kuterpuruk dalam puruk yang paling dalam seperti ini, aku hanya butuh kata-kata penenang yang tulus dari hatimu dan juga bahumu. Supaya aku bisa bersandar dan menangis semauku, hingga aku merasa lebih tenang dan nyaman untuk bercerita padamu. Sekali lagi, jangan tanya kenapa aku menangis. Kumohon ja

Keputusan Untuk Melupakanmu dan Menanti Jawaban Tuhan

Gambar
Membuat sebuah keputusan memang tidaklah mudah. Adakalanya, rasa bimbang menyergapi qalbu. Hadirkan beribu-ribu tanya; tentang ihwal dan pilihan mana yang terbaik. Apakah yang ini atau yang itu. Entahlah... Dan, kini aku telah membuat keputusan setelah air mataku memburai hebat di keheningan malam. Bahwa; aku akan melepaskanmu dan merelakanmu. Melepaskan bukan berarti sama sekali tak mempedulikan. Bukan. Pun, bukan untuk membenci. Sungguh bukan. Namun, ini adalah caraku untuk taqarrub pada Tuhan yang telah menganugrahkan rasa cinta ini untukku, dan cinta itu tertuju padamu. Ya, ini caraku. Aku yang mencintaimu diam-diam, dan aku pula yang melupakanmu perlahan-lahan. Di kebisuan malam, aku memohon pada-Nya; semoga semuanya akan baik-baik saja, dan semoga kelak kebahagiaan akan menjemputku di ruang rindu yang tak lagi hampa. Semoga... Entah itu bersamamu atau tanpa dirimu. Entahlah... Justru itu yang masih kunanti dari-Nya. Sebuah jawaban. Ya, jawaban. Apakah kamu adalah jaw

Kita dan Pertemuan Tanpa Pembicaraan

Gambar
Sejak mentari mulai merangkak dari balik bukit, sejak sinarnya perlahan-lahan mulai terbit di ujung samudera nan megah,... sejak itu pula aku mulai jarang melihat batang hidungmu. Melihat tatapan teduhmu. Mendengar suaramu. Dan, melihat keindahan yang tercipta lewat ukiran senyummu- yang kemudian pancarkan binar di sorot matamu. Aku selalu berpikir tentang; bagaimana keadaanmu di saat sang fajar mulai menyemburat hangat. Sepagi itu, aku masih menyempatkan waktu luangku 'tuk tak mengabaikanmu walau dalam kebisuanku. Aku masih peduli meski peduliku tak selalu kuperlihatkan padamu. Sebab, tak ada alasan untuk membuatku berhenti mempedulikanmu. Dan, yang benar-benar memang kerapkali tampak biasa-biasa saja. Tampak samar meski tanpa ada keraguan di sana. Jika pun kita bertemu, itu pun hanya berpapasan saja. Singkat. Hanya cukup melontarkan nama dan saling melengkungkan senyuman ramah. Sesingkat itu. Lantas, kau dan aku pun melenggang ke jalan yang berbeda. Berpisah di persim

Hadapi Masalah Yang Memporak-porandakan Harapan

Gambar
Dalam hidup yang fana ini, tak ada jalan yang datar saja. Tak ada. Lika-liku dalam hidup pastilah ada. Curam. Menukik. Terjal. Semuanya sekilas tampak menakutkan. Jalan yang dikira sulit, padahal belum dilalui. Jalan yang menciutkan semangat yang semula membara dalam dada. Menebas segala asa yang sudah tertata rapih sedari dulu. Memporak-porandakan harapan akan impian di masa depan. Hidup memang tak semudah itu, tapi hidup juga tak sesulit apa yang kitapikirkan. Jalani saja. Hiraukan seberapa sulitnya menjalani hidup. Hiraukan kecemasan yang merusak rencana-rencana baik di masa yang akan datang. Berpikirlah yang baik-baik. Jangan ada kata, "Ini sulit." Tepiskan kata itu dari benakmu. Jauhkan dan hindari. Sebab, dalam hidup pasti lah ada problema. Masalah. Namun, masalah yang dihadapi oleh setiap insan itu pasti lab berbeda-beda. Tak sama. Takkan pula persis. Jika kita punya masalah, rasanya... buyar sudah segenap asa yang menumpuk dalam pikiran. Yang ada, hanya masal

Berkas-berkas Kenangan Yang Telah Usang

Gambar
"Berkas-berkas Kenangan Yang Telah Usang" Mentari mulai merangkak naik, tinggalkan peraduannya. Aroma embun pun menyelinap ke sela-sela jendela kamarku. Tiupan angin membawanya menerpaku, jamahi pipiku lembut. Kala itu, aku tak sengaja menemukan beberapa lembar kertas yang terlanjur usang. Warna putihnya telah kusam. Penuh debu. Namun, tersemat banyak kenangan di sana. Seketika aku pun terkesiap menatap kertas usang itu. Salah jika aku tak ingat semua. Tapi, aku benar-benar mengingatnya. Haruskah kubuang bagian dari kenangan dalam hidupku ini? Haruskah kusobek-sobek kertas berisi tulisan ini? Haruskah kuenyahkan segala bentuk kenangan yang tersembunyi ini? Sekali lagi aku menatap kertas itu lamat-lamat. Kuteringat. Mengenang. Hatiku kian berkecamuk. Nyanyian sendu tiba-tiba saja terembuskan oleh tiupan angin. Aku semakin ingat. Dan aku tak mungkin lupa; pada semua kenangan yang telah kubuat. Aku tak mungkin lupa; pada cerita pertama tentang bagaimana Tuhan mempe

Antara Melupakan Atau Menanti Tabir Tuhan Tersingkap

Gambar
Aku pernah mencoba untuk melupakanmu. Dan, kupikir aku telah berhasil menepismu dari dalam ingatanku sejak perpisahan itu berlalu. Tapi ternyata, dugaanku salah. Sebuah upaya untuk melupakanmu ternyata bukan perkara yang mudah. Melupakanmu ternyata tak semudah 'angin yang menyibak dedaunan hingga jatuh'. Pun, tak bisa sesingkat itu. Dan detik ini juga, terbesit dalam ingatanku untuk melupakanmu lagi. Saat mentari bersinar terang, dan saat langit tengah membiru indah. Cerah. Saat itu pula, ada keraguan yang melembayang dalam benakku. Bahwa; haruskah aku melupakanmu untuk yang kedua kalinya? Sementara, takdir tanpa kebetulan selalu mempertemukan kita kembali. Bukankah tak ada yang kebetulan di dunia ini? Aku tahu betul bagaimana dirimu, meski tak sepenuhnya tahu. Apalagi tentang hatimu dan perasaanmu. Sungguh, itu adalah apa yang tidak kuketahui tentang dirimu. Bolehkah kutanyakan pada angin yang bertiup kencang; antara melupakanmu atau tetap bertahan dalam penantian pa

Kebisuan, Kita, Dan Jarak Yang Masih Bisa Diukur

Gambar
Sejak saat sang surya terbit dari ufuk timur, hingga senja pun mulai menjelma, kata-kata itu kian menumpuk dalam pikiranku. Menjejali memoriku. Tertata dengan kacau, berantakan. Entah darimana aku harus memulainya. 'Tuk mengatakannya. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Namun, lidah ini terasa beku tiapkali kudengar suaramu. Mungkin, ini akibat dari kerenggangan yang tercipta antara kau dan aku. Padahal, aku bisa merasakan kehadiranmu. Aku pun bisa mengukur jarak yang merentang antara kau dan aku. Tapi, ada hal yang tak ku bisa; tentang apa yang kaurasa. Tentang perasaanmu. Ya, entah. Kali ini biar kukatakan 'entah'. Sebab, aku benar-benar tak tahu. Dan kini kusadari; bahwa hari-hariku mulai berganti tanpa sapaanmu dan tanpa mendengarkan cerita darimu. Meski pun terkadang kulihat senyuman melengkung indah di bibirmu dan kau pun tertawa bersama teman-temanmu. Mengapa aku bisa tahu? Ya... karena, aku diam-diam memperhatikanmu. Walau tidak selalu. Tak setiap de

Cinta Tak Bisa Dipaksakan

Aku tahu bahwa; cinta tak bisa dipaksakan. Maka, biarkan rasa fitrah itu tumbuh apa adanya. Mengalir seiring dengan bergulirnya masa. Hadir tanpa ada paksaan sedikit pun, dan menyusupi hati tanpa perlu kita mengumumkan kekosongan hati kita. So, let it flow! Sekuat apapun kita ingin membersamai langkahnya, dan sekuat apapun usaha kita untuk membuatnya jatuh ke pelukan kita... jika bukan jodohnya, maka sia-sia lah sudah apa yang telah kita tunjukan demi dia. Dia yang belum tentu jodoh kita dan belum tentu tercipta untuk kita. Maka, apa yang harus kitalakukan? Sederhana saja. "Mulailah bersikap lebih bijak dalam menghadapi perkara HATI." Caranya; dengan tidak terlalu berharap pada si dia yang jelas-jelas belum tahu bagaimana perasaannya pada kita. Karena, bukankah berharap pada hamba-Nya hanya akan menimbulkan luka yang tak singkat 'tuk lenyap? Bukankah memang begitu? Maka, selayaknya kita berharap hanya pada Tuhan Yang Maha Segalanya. Lihatlah! Begitu banyak pasanga

Penantian Bunga Pada Kumbang

Gambar
Aku sebagai bunga yang menunggu kumbang, hanya bisa menanti dan menanti. Berdoa dengan beriring ikhtiar agar kelak aku bisa bersatu dengan seseorang yang sekufu denganku. Di penantian yang panjang ini, aku yang berhati lemah hanya bisa berupaya 'tuk tetap menata hati, agar tak terenyuh oleh kata-kata manis yang ditebarkan oleh para kumbang yang mendekat. Agar tak mudah bersedih saat menonton fim-film dramatis. Pun, agar tak mudah berpaling ke hati yang lain, meski ku tak tahu dimana rimbanya dan siapa dirinya. Yang terpenting, dalam penantian panjang ini, aku hanya bisa berusaha untuk kuat menahan segala cobaan dan godaan. Aku pun sadar bahwa; pacaran itu haram hukumnya. Ingat! HARAM. Maka, aku memilih untuk sendiri saja. Jomblo fii sabilillah. Jomblo untuk menjaga mutiaraku yang paling berharga, pun untuk memelihara diri dari beragam fitnah dan dosa. Ukhtii... Bersabarlah dalam penantianmu. Bersabarlah! Jadikan ikhtiarmu sebagai perjuanganmu untuk menjemput cintanya; ci
Bumi ditakdirkan untuk berputar pada porosnya. Waktu ditakdirkan untuk terus bergulir selama Tuhan berkehendak. Mentari ditakdirkan untuk menyinari embun di pagi hari dan untuk menemani insan-insan tuk menjemput mimpinya. Lembayung ditakdirkan untuk bernaung di kala senja dan sebagai teman magenta. Bintang gemintang ditakdirkan untuk mengerling ditengah gegap gempita. Rembulan ditakdirkan untuk memberikan cahaya di kegelapan malam. Namun... Akankah engkau ditakdirkan untukku? Aku pun tak tahu. Sebab, hanya Tuhan Sang Pemilik kita lah yang mengetahui jawaban atas semua pertanyaan itu. ✏ (Saling Dipasangkan Oleh Takdir) ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐ ⭐⭐⭐⭐⭐⭐ ⭐⭐⭐⭐⭐⭐ πŸ” ✏✏ πŸ—ΌπŸ—ΌπŸ—ΌπŸ—ΌπŸ—Ό πŸ“πŸ“ πŸ““πŸ““πŸ““

Sebuah Alasan dan Kenangan Manis

Gambar
Terkadang, ada sedikit rasa ingin 'tuk bertemu. Dan, terkadang ada pula rasa ingin 'tuk menjaga jarak. Hari demi hari terus terlewati. Berlalu tanpa meninggalkan cerita antara kau dan aku, Duhai Sahabatku. Berlalu tanpa senyumanmu yang biasa memberikan keteduhan. Kini, segalanya terasa hampa. Tapi, tak sehampa doa-doaku yang selalu terselipkan namamu, Duhai Sahabatku. Beriring tasbih yang terucap lirih. Bertemankan dzikir seraya mengingat-Nya. Mungkin, kau tak tahu betapa aku merindukanmu. Aku... sebagai teman, rakan, dan sahabatmu sejak dulu; sejak kau dan aku masih amatlah lugu dan polos. Belum mengerti banyak hal, begitu pun tentang makna persahabatan. Benar kan? Atau... justru kau sudah tahu karena kau mampu menafsirkannya lewat sorotan mataku. Duhai Sahabatku... Aku sadar betul; bahwa masa-masa kecil itu takkan mungkin terulang kembali. Masa-masa indah itu pun tiada mungkin dapat kuputar kembali. Sebab, semua itu hal yang mustahil. Keadaan telah berubah. Tak lagi

Ekspresi Rindu

Gambar
Daku tak dapat mengelak jika rindu telah tiba di depan pintu hati lalu bertandang di lubuk hatiku. Bersemayam di dalamnya. Sungguh aku pun tak mampu menahan waktu yang terus berlalu dan menyisakan kenangan di setiap detiknya. Sungguh aku tak bisa. Tak bisa. Dan tak bisa melawan takdir yang seharusnya begitu. Rindu... Mungkin inilah rasaku. Aku pasrah menerimanya, ikhlas menikmati tiap buaian pilunya dan rela merintih dalam kesenyapan lisanku. Bagiku, rindu memang memilukan, pun menyakitkan. Namun, rindu punya cara tersendiri 'tuk buatku tersenyum lagi dan merasa bahagia. Rindu. Rindu adalah hal terajaib yang kutahu di alam semesta ini. Sebab, rindu selalu menghadirkan doa-doa tulus yang terlantun pada Yang Maha Kudus. Sebab, rindu kerapkali membuatku tersadar akan sebuah perjumpaan yang disertai alasan mendalam dan atas skenario-Nya. Sebab, rindu punya banyak makna yang tak cukup dijabarkan lewat kata-kata logika ataupun kata-kata nurani. Ya. Rindu memang terkesan rumit tap

Aku Tidak Tahu

Gambar
Aku tak tahu. Ya, tidak. Mungkin aku lupa. Tentang bagaimana skenario Tuhan mempertemukan kita di kala itu. Saat semuanya terasa sangat asing. Bahkan, mungkin saja kita yang terlalu lugu pada semua hal itu. Pertemuan kita. Pertemuan yang benar-benar sulit 'tuk diingat. Sebab, waktu itu ada pada lembaran-lembaran usang saat kita tak mengerti apa-apa tentang Cinta. Lembaran itu telanjur kusut. Karena, jujur saja aku tak tekun membukanya. Jika pun aku membukanya. Mungkin, aku akan merintih dan terisak. Hingga air mataku memburai menggenangi pipiku. Mengapa? Karena, seberapa kuat pun aku ingin mengingatnya, justru memoriku kian melemah. Benakku takkan menangkap ingatan apapun tentangmu dan tentang kita di masa silam. Bukan karena aku AMNESIA. Bukan. Bukan karena itu. Namun, alasannya karena waktu itu aku dan kau terlalu acuh pada rasa yang perlahan timbul seperti saat ini. Ya, kita terlalu acuh satu sama lain karena kita terlalu polos. Lugu. Dan, sampai saat ini aku masih ta

Perpisahan dan Jarak

Gambar
Mungkin, aku yang sadar lebih dulu daripada dikau. Bahwa akan ada perpisahan kecil diantara kita. Mungkin saja perpisahan besar. Perpisahan yang akan mencipta jarak antara kita. Semacam spasi yang tak restui kita 'tuk bersua seperti dahulu. Saat semuanya baik-baik saja. Ya. Padahal, kala itu aku tak sepenuhnya baik-baik saja. Tanpa kautahu aku didera rasa cemas yang tak terperikan. Cemas. Resah akan terjadinya suatu momen indah yang 'kan menjelma menjadi sebuah kenangan tanda perpisahan. Kenangan yang (bagiku) tak mudah 'tuk dilupakan. Sebab, ada dirimu, bayangmu, namamu dan semua tentangmu didalamnya. Berpisah. Ya, itulah yang akan terjadi. Meski bukan dalam hitungan hari, tapi hitungan bulan, tetap saja itu perpisahan yang akan membuatku beku bersama semua kenangan dan rasa yang tak pernah kuutarakan. Ini... mungkin hanya soal jarak dan waktu. Perpisahan ini akan melebur dalam rindu. Sebab, kita memang punya pilihan yang tak sama; Jalan kita benar-benar berbeda. Nam