Pelampiasan, Cinta Sendiri, dan Kepercayaan

Pernah kudengar curahan hati dari seorang gadis. Ia bercerita tentang keluh-kesahnya, kegelisahan di hatinya, dan kemuraman yang bertandang ke ruang qalbunya.

..............
Panjang lebar ia bercerita tentang durja yang menggunung di lubuk hatinya. Juga... tentang seseorang yang ia cinta yang tak jua memberi kabar akan pesan singkat semalam.



Sebuah pertanyaan pun mencuat dalam benak gadis itu. "Apakah aku hanya dijadikan pelampiasan semata?"

Aku pun berpikir keras lantas menatap langit. Hatiku membatin.

Bukankah cinta perlu kepercayaan?

Dalam hal ini... aku tak melihat kepercayaan itu di dalam diri gadis itu.

Sekali lagi, hatiku menegaskan bahwa cinta sejati itu dilandaskan atas sebuah kepercayaan. Kepercayaan yang kokoh. Itu yang kutahu.

Tapi... jika kepercayaan itu telah pupus, apakah itu benar-benar cinta?
Kurasa itu bukan cinta. Mungkin... itu hanyalah ego saja yang berkecimpung dengan hasrat semata.

***

Di usia yang sudah menginjak dewasa ini, kupikir CINTA itu memanglah penting bagi sebagian orang. Tapi... di sisi lain, aku punya prinsip untuk mengukir masa depan yang gemilang. Yaitu; mimpi.

Cinta itu fitrah. Aku pun merasakannya. Di kedalaman hatiku pun ada rasa cinta. Tentu saja. Aku pun manusia normal. Dan, aku hanyalah wanita biasa yang ingin dicintai dan juga bisa mencintai.

Kepercayaan?

Aku tak sepenuhnya percaya pada cinta juga pada seseorang yang kuharapkan yang belum tentu jodohku. Kepercayaanku seutuhnya kusandarkan pada sang Pemilik Cinta, Allah SWT.

Biar pengalaman temanku itu jadi sebuah tarbiyah untukku. Sebab, aku belum pernah merasakannya.

Tapi, sekali lagi kutegaskan; bahwa cinta itu perlu kepercayaan yang tak terkira. Dan, jangan sampai... cinta membuat kita gelap mata untuk melihat semesta yang diciptakan amatlah indah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

***

Sabtu, 18 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maka Biarkan Aku Menangis 💧

Teka-Teki Rasa dan Waktu

Sabar, Luka, dan Kepergian Tanpa Pamit