Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Sabar, Luka, dan Kepergian Tanpa Pamit

Gambar
Aku yang menyayangimu tanpa pernah lelah. Aku yang merindukanmu, meski tak pernah tahu apakah rinduku ini terbalaskan. Aku juga yang mendoakanmu usai kubermunajat pada-Nya, walau ku tak tahu apakah kau pun merapal namaku dalam doamu. Aku tak tahu. "Aku... Aku... Dan, selalu aku." Kali ini, aku dihadapkan pada dua pilihan yang membuatku dilema. Pilihan yang entah akan menjadi awal ataupun akhir. Antara menitipkan cintamu pada-Nya atau membiarkan perasaan ini pergi tanpa menyisakan luka yang menyayat nurani, menyiksa. Ya, kuakui ini menyiksa. Kucoba 'tuk memahami isi hatiku sendiri. Kucoba 'tuk melontarkan tanya pada sukmaku. 'Apakah aku benar-benar mencintainya?" Bukan berarti aku ragu pada perasaan yang telah tumbuh dalam hatiku. Bukan... Aku hanya ingin meyakinkan sepotong hatiku saja. Bahwa ternyata benar, perasaan itu benar-benar ada. Bersemayam di sudut-sudut qalbu yang hampa. Bertengger pada pohon-pohon harapan yang melangit ke angkasa. Dan,

Warna, Perpisahan, dan Kenangan yang Tercipta

Gambar
Waktu bergulir begitu cepat. Tanpa terasa kini kita berada di ujung perpisahan. Perpisahan pahit yang sebenarnya diawali dengan pertemuan yang indah. Memang benar bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah akan bersua dan bersama-sama lagi atau tidak setelah perpisahan itu benar-benar terjadi. Entahlah. Aku tak tahu. Yang kutahu; bahwa semua itu adalah bagian dari rahasia Ilahi yang telah tergores di Lauh Mahfudz-Nya. Di penghujung bulan yang menyakitkan ini... sudah jauh-jauh hari aku diam-diam merintih dan meringis dalam hati. Menahan perih yang tak terperi. Pun, melahap dalam-dalam luka yang tiada pernah terobati. Sebab, luka karena PERPISAHAN ternyata lebih memilukan dan lebih menyayat perasaan. Perpisahan ternyata lebih berat daripada putus dari seseorang yang disayang. Karena, kita tidak tahu bahwa perpisahan itu begitu lekat dengan yang namanya kehilangan. Ya, kehilangan. Bukankah rasa sakit itu akan berkali-kali lipat? Tentu saja. Sesakit apa pun luka yang ki

Saat Kau Butuh Tempat untuk Bersandar

Gambar
13 Januari 2017 ⭐✏ #HimeYume "Saat Kaubutuh Tempat untuk Bersandar" Dikala senja datang, sunyi-senyap mengelilingi dirimu. Lantas, kaumerasa sedih atas apa yang tengah kauhadapi. Ya, problema. Kau punya masalah, setiap insan pun pasti punya masalah. Kaupikul masalahmu sendiri, padahal kau bisa berbagi dengan orang-orang terdekatmu. Bukankah kau punya sahabat dan teman? Bukankah kau punya orang yang peduli padamu dan menghargaimu? Mengapa kaumemilih menanggungnya seorang diri, jika ada yang bersedia menemani dan mendengarkan segala keluh kesahmu? Saat kaubutuh sandaran untuk memulihkan mood-mu, hatimu pasti sudah tahu kemana harus kausandarkan dirimu. Kau pasti akan menemui seseorang yang sangat berarti dalam hidupmu. Bukan hanya untuk bersandar di pundaknya. Bukan hanya itu. Tapi, karena dia lah yang sanggup membuat suasana hatimu lebih baik dan lebih tenang daripada sebelumnya. Hatimu berkata, "Dia lah yang kubutuhkan saat ini dan seterusnya." Namun,

Teruntuk sebuah Nama yang sering Kurapal dalam Doa

Gambar
"Teruntuk sebuah Nama yang sering Kurapal dalam Doa" *** Namamu kian tersemat dalam kidung doaku pada Sang Pencipta. Diantara lintasan kesunyian, namamu terlantun merdu dalam qalbuku. Aku yang dalam keadaan pilu menahan rindu akan sebuah pertemuan, masih saja aku berani memanggil namamu walau selirih itu. Kendati aku tahu betul bahwa mengingatmu justru menancapkan luka yang mendalam di sudut hatiku. Aku hanya ingin kau tahu ; betapa sering kurangkai doa nan panjang ditengah belantara sunyinya malam... untukmu. Untuk mendoakanmu. Jika saja kau tahu bahwa tak ada hal lain yang ingin kudengar, selain kau berkata "Aku baik-baik saja." Tapi, jujur saja aku takkan sanggup 'tuk mengutarakan semua ini padamu, duhai sebuah nama yang sering kusematkan dalam doaku. Bagiku, ini sulit. Sebab, ini adalah tabir hati yang selama ini kututup-tutupi. Tabir itulah yang kerap membuatku didera rasa cemas yang berkepanjangan. Bimbang. Antara harus berkata atau lebih bai

Aku P(a)mit

Gambar
"Aku P(a)mit" Telah lama aku bergelut dengan perasaanku sendiri. Melawan segala kejujuran yang kubangun seorang diri. Menahan secercah asa yang entah tumbuh sejak kapan. Menebas rindu yang bertandang ke hatiku tanpa kuminta. Sungguh. Aku benar-benar harus banting stir dari jalan hatiku. Dan, kini langkahku terpaksa harus berlainan dengan hasrat qalbuku. Lama kelamaan, aku pun mulai terbiasa. Terbiasa dengan; rindu yang membelenggu ruang qalbu, pilu yang merajam palung hati, perih yang menyayat-nyayat sanubari, dan betapa teririsnya perasaan ini saat ku harus melihatmu jatuh cinta pada bunga yang lain. Waktu pun terus melaju tanpa henti. Bagai roda yang terus berputar. Rasaku pun tiada jeda 'tuk menghirup nafas cinta. Tiada jeda pula sedu sedan menancapi hati yang tersinggung senja. Ya... semakin lama pula aku berjuang 'tuk berperang dengan perasaanku yang sebenar-benarnya. Ini memang tidaklah semudah yang kaukira. Sebab, kau tak pernah tahu tabir yang menye

Rindu, Perasaan, dan Maafku Padamu

Gambar
Duhai, Akhii... ukhtii... Jangan menyalahartikan perasaan bila resah tiba-tiba menyelundup merasuki hati. Pun, jangan terburu-buru menyimpulkan sebuah perasaan yang memang belum tentu apa maknanya. Jangan... Sebab, akan berbahaya jika kita menerka-nerka semua itu. Resah... Apakah itu pertanda rindu? Gelisah... Apakah itu juga pertanda rindu? Cobalah untuk tidak menanyakan hal itu pada postingan-postingan di dunia maya. Tapi, cobalah tanya pada hati kecilmu sendiri. Bukankah hati selalu berkata jujur? Dan bukankah hati adalah kerajaan tubuh? Tentu saja; hati adalah muara kejujuran yang paling jujur. Maka, janganlah sungkan untuk berdialog dengan hati kita sendiri... baik saat sedang dilingkupi sepi atau pun riuh. Karena, hati selalu siap sedia untuk menerima apa pun pertanyaan yang diajukan. Dan, hati selalu punya JAWABAN sekali pun itu jawaban yang sulit 'tuk diutarakan. Apabila kita sudah mendapatkan jawaban dari lubuk hati terdalam, maka adukanlah pada Tuhan Yang Mah