Celotehan Akhwat Akhir Zaman

Biar... Ku biarkan hatiku menghening. Ku biarkan hatiku tak bertuan. Sebab, aku tak ingin menjebak perasaanku (lagi) pada jerat rasa yang belum pasti dan tak halal. Aku pun tak ingin hatiku luluh-lantak dan hancur berkeping-keping karena dikecewakan oleh si dia yang pada akhirnya hanya singgah dalam hidupku.

Ya, memang benar. Terkadang Allah  mengutus seseorang ke hidup kita hanya untuk sekadar singgah saja lantas berlalu dan meninggalkan jejak bernama kenangan. Seperti angin yang bertiupan di udara. Begitulah kehidupan. Ada yang sekadar melintas saja dan ada pula yang ditakdirkan untuk menetap 'tuk membersamai kita.



Detik ini, aku sedang merangkak-rangkak untuk berubah; berubah ke arah yang lebih baik. Aku... tengah bermusafir di koridor-Nya 'tuk meraih rida Yang Maha Pencipta. Karena, dulu, jauh sebelum hari ini, aku bukanlah aku yang sekarang. Sudahlah, itu masa laluku. Tak perlu kuungkit-ungkit lagi.

'Aku tak sebaik yang kaukira, tapi aku juga tak seburuk apa yang terlintas di pikiranmu.'

Duhai... Siapa namamu dan di mana rimbamu saja aku tak tahu. Sebab, Allah menakdirkan kau sebagai rahasia dalam hidupku. Dan, kau adalah bagian dari tabir-Nya yang belum Allah singkapkan untukku.

Aku bisa apa? Jika ternyata kau berada di belahan pulau lain, aku bisa apa? Jika untuk bersua denganmu aku harus mengarungi samudera, aku bisa apa? Aku hanyalah akhwat akhir zaman yang dhaif -- yang tetap memilih untuk setia dan mendekam dalam dermaga sunyi yang tak memiliki garis tepi. Aku hanyalah akhwat akhir zaman yang tengah menanti hadirnya seorang ikhwan yang entah siapa.

Dan, pada bagian ini, aku ingin meminta maaf atas ketidakpedulianku. Aku malah acuh tak acuh dan seolah-olah tak memedulikanmu. Tapi, sebenarnya tidaklah begitu. Aku hanya sedang membatasi perasaanku. Sebab, aku tahu bahwa wanita itu makhluk perasa yang barangkali lebih peka daripada putri malu. Dan, memang iya, aku memang perasa. Bahkan, kata-kata sapaan darimu saja --yang meskipun hanya lewat chat-chat singkat serasa puisi terindah bagiku.

Ah, sudahlah. Aku tak ingin terperangkap pada harap yang tak semestinya kutimbun. Aku pun tak ingin terjebak oleh hatiku sendiri --yang memiliki fitrah sebagai perasa dan di dalamnya ada cinta.


Duhai akhwat akhir zaman... Mungkin kalian tak sadar; bahwa jatuh cinta sama saja dengan membiarkan hatimu terluka. Mungkin awalnya memang terlihat indah, bahkan dunia serasa milik berdua. Tapi, kalian lupa dan lena pada cinta yang takdirnya fana. Pada akhirnya, hati kalian pun tersayat-sayat oleh luka. Entah itu karena dikecewakan oleh si dia, dikhianati, diduakan, dicampakkan, ataupun hal yang lainnya. "Jadi, bagaimana?"

'Lebih baik sendiri saja dan terus memantaskan diri.'

Biar saja di-cap sebagai jomblo. Tapi, ini kan jomblo fii sabilillah dan dalam kebaikan pula. Daripada pacaran dan patah hati nantinya, nyesel lho.

"Kurelakan hatiku menghening. Kuikhlaskan hatiku melawan serbuan sepi dan melewati ribuan malam yang paling hampa. Semua ini kulakukan demi Dia, Sang Pemilik Hatimu dan Hatiku. Dan, inilah caraku untuk mencintaimu."

"Aku mencintaimu dengan caraku yang sederhana. Meskipun jarak membentang tak terkira, namun rinduku tetap tersampaikan lewat doa-doa." Begitulah bisik hatiku pada sesiur angin yang berkelindan di sekelilingku. Saat itu, aku tengah menyisir tepian pantai yang tampak lengang di penghujung senja. Selengang hatiku yang tengah menantikan hadirnya dirimu, Duhai.

Baiknya aku tetap setia di sini, walaupun terkadang ada sedan yang menyapa hati. Dan, terkadang ada rindu yang mengetuk-ngetuk pintu hati dan itu sungguh menyayat sanubari.

Duhai kamu yang tengah berjalan 'tuk menemukanku, aku ada di sini --di belahan bumi yang mungkin saja teramat jauh dari tempatmu bernaung. Tapi, tidak apa-apa. Allah selalu punya cara yang hebat untuk mempertemukan dua insan yang sama-sama tengah berhijrah di jalan-Nya.

Aku menantimu dalam taat, Duhai. Aku menantimu dalam keheningan hatiku. Kuharap... kau mau menerimaku saat kautahu aku di masa laluku. 'Bukankah untuk melihat rembulan, kita harus melewati kegelapan malam dulu?'

***

Senin, 10 Juli 2017
09:04 (bks)

Komentar

  1. PGA Tour, the world's most successful golf course, has an
    PGA Tour and the world's most titanium dioxide skincare successful golf course, has an extensive golf course PGA Tour and thaitanium the world's most successful titanium earrings golf micro touch trimmer course, has an extensive golf course, and thaitanium

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maka Biarkan Aku Menangis 💧

Teka-Teki Rasa dan Waktu

Sabar, Luka, dan Kepergian Tanpa Pamit