Warna, Perpisahan, dan Kenangan yang Tercipta


Waktu bergulir begitu cepat. Tanpa terasa kini kita berada di ujung perpisahan. Perpisahan pahit yang sebenarnya diawali dengan pertemuan yang indah.



Memang benar bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah akan bersua dan bersama-sama lagi atau tidak setelah perpisahan itu benar-benar terjadi. Entahlah. Aku tak tahu. Yang kutahu; bahwa semua itu adalah bagian dari rahasia Ilahi yang telah tergores di Lauh Mahfudz-Nya.

Di penghujung bulan yang menyakitkan ini... sudah jauh-jauh hari aku diam-diam merintih dan meringis dalam hati. Menahan perih yang tak terperi. Pun, melahap dalam-dalam luka yang tiada pernah terobati. Sebab, luka karena PERPISAHAN ternyata lebih memilukan dan lebih menyayat perasaan. Perpisahan ternyata lebih berat daripada putus dari seseorang yang disayang. Karena, kita tidak tahu bahwa perpisahan itu begitu lekat dengan yang namanya kehilangan. Ya, kehilangan. Bukankah rasa sakit itu akan berkali-kali lipat? Tentu saja.

Sesakit apa pun luka yang kian menjulang di relung hati ini, tetap saja kepahitan itu harus kutelan sendiri dan fase ini haruslah kuhadapi. Bukan kuhindari dan bukan kutolak mentah-mentah. Bukan. Sebab, kusadar; bahwa setiap keterpurukan pasti ada pelipurnya. Dan... kini aku sadar bahwa; kesedihan yang begitu memeras hati ternyata bisa mengajarkanku apa arti sabar dengan ketabahan yang tak terperi. Sabar yang bukan hanya sebatas sabar, dan sabar yang telah dianugerahkan oleh-Nya.

Saat detik-detik itu tiba... dan saat pintu perpisahan betul-betul terbuka, aku mungkin takkan sanggup lagi 'tuk berkata-kata lagi. Yang jelas, hatiku benar-benar remuk dan menyerpih kala itu juga. Ingin kukatakan banyak hal padamu dan kalian semua; bahwa aku menyayangi kalian semua.

"Terima kasih, teman-teman terhebatku. Telah banyak hal yang kitalalui bersama. Telah banyak warna yang telah kitagoreskan di langit hari yang terus berganti. Bukan hanya warna MONOKROM saja. Hitam putih? Kelabu? Tentu saja bukan warna-warna kelam itu. Tapi, rona yang indah dipandang mata. Terima kasih yang tak terhingga untuk kalian. Terima kasih... Semoga kita bisa bersua kembali suatu hari nanti," batinku seraya menitikkan air mata.

Ingin kugenggam erat tanganmu, tapi ku tak bisa. Ingin kudekap erat tubuhmu, tapi raga ini terlalu takut. Takut akan kehilanganmu. Hingga pada akhirnya, aku pun ditarik paksa 'tuk masuk ke lorong perpisahan nan temaram itu. Tak ada pelita. Tak ada cahaya setitik pun. Pun, tak ada sebersit senyuman yang terukir indah. Tiada. Yang terlihat hanyalah tatapan sendu dan rinai hujan yang mengalir di sudut-sudut mata. Dan, yang tak kalian tahu adalah; langit di hatiku tiba-tiba mendung seketika. Tiada berpelangi, langit biru, mega, pun tiada sinar mentari yang menghangatkan.

"Meski kutahu awan tak hitam, tapi ku tetap menanti hujan. Dan, kuharap... rintiknya bisa menutupi air mata yang membasahi pipiku ini."

Sekali lagi, kuucapkan terima kasih yang tak terkira pada kalian atas semua lembar KENANGAN dan warna-warna indah yang telah kitalukis di langit yang 'kan merupa menjadi masa lalu. Terima kasih...

"Kumohon... jangan kaulupakan aku. Siapa pun aku di matamu, jangan pernah kaulupakan aku. Jangan... Ingatlah, Duhai... Kita pernah menapaki dinding waktu bersama, meniti jalanan nan berliku bersama, pun pernah berjalanan beriringan di sebuah latar yang sama dan dibawah kolong langit yang sama. Ya, kita pernah melaluinya. Dan... sedikit pun aku tidak lupa masa-masa itu kala kita bersua dan saling tersenyum bahagia."

Teruntuk teman-teman seperjuanganku dan sahabatku... kukatakan aku rindu dan sayang pada kalian. I'll be longing of you all. I'll missing you all.

***

Selasa, 11 April 2017
19:38 WIB
#UNBK_Day2

Komentar

  1. Ya, itulah perpisahan. Terkubur relatavitas waktu & ruang. Terukir suatu kenangan, menjadikan historis yang tak terlupakan. Canda tawa yang selalu simpan dalam ingatan. Menjadikan magnitude dalam kehampaan. Itulah hidup, yang terus membuat lembaran baru. Penuh warna secara Polikromatis.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maka Biarkan Aku Menangis 💧

Luka, Harapan, dan Secercah Cahaya dari Tuhan

Celotehan Akhwat Akhir Zaman