Sebuah Alasan dan Kenangan Manis

Terkadang, ada sedikit rasa ingin 'tuk bertemu. Dan, terkadang ada pula rasa ingin 'tuk menjaga jarak.


Hari demi hari terus terlewati. Berlalu tanpa meninggalkan cerita antara kau dan aku, Duhai Sahabatku. Berlalu tanpa senyumanmu yang biasa memberikan keteduhan. Kini, segalanya terasa hampa. Tapi, tak sehampa doa-doaku yang selalu terselipkan namamu, Duhai Sahabatku. Beriring tasbih yang terucap lirih. Bertemankan dzikir seraya mengingat-Nya.


Mungkin, kau tak tahu betapa aku merindukanmu. Aku... sebagai teman, rakan, dan sahabatmu sejak dulu; sejak kau dan aku masih amatlah lugu dan polos. Belum mengerti banyak hal, begitu pun tentang makna persahabatan. Benar kan? Atau... justru kau sudah tahu karena kau mampu menafsirkannya lewat sorotan mataku.

Duhai Sahabatku... Aku sadar betul; bahwa masa-masa kecil itu takkan mungkin terulang kembali. Masa-masa indah itu pun tiada mungkin dapat kuputar kembali. Sebab, semua itu hal yang mustahil. Keadaan telah berubah. Tak lagi sama seperti dahulu. Terkecuali, bila kitasinggahi tempat-tempat bersejarah tempo dulu. Tempat yang menyimpan sejuta cerita. Senyuman dan tangisan, suka dan duka,...

Kau tahu? Meski KENANGAN itu telah lama berlalu, tapi waktu takkan pernah menguburnya. Sebab, ada sebagian kenangan yang masih terekam jelas dalam benakku, pun benakmu. Bukan karena kita tak mampu melupakan masa lalu. Tapi, semua itu karena; KENANGAN itu TERLALU MANIS untuk dilupakan. Dan, kau tak pantas untuk kulupakan, Duhai Sahabatku.

"Karena, selalu ada alasan mendalam dari setiap apa yang kusiratkan lewat tatapan mataku."

Rancah-Sabtu, 4 Februari 2017
***
✏ Sebuah Alasan Mendalam dan Kenangan Manis ✏ #CatatanHime ⭐

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maka Biarkan Aku Menangis 💧

Luka, Harapan, dan Secercah Cahaya dari Tuhan

Celotehan Akhwat Akhir Zaman