Maka Biarkan Aku Menangis 💧

"Maka Biarkan Aku Menangis"



Jangan tanya kenapa aku menangis, jika tanyamu tak meredakan rintik air mataku. Aku memang punya alasan untuk menitikkan air mataku. Tapi jika kautahu alasanku, apakah kau akan menenangkanku? Apakah kau akan menyediakan bahumu untukku bersandar saat ku bersedih?

Jangan tanya kenapa aku menangis, sebab tangisku ini tak terperikan oleh kata-kata sesendu apa pun. Meski pun aku mampu menuliskan betapa muramnya langit di qalbuku, tapi aku tetap saja tak berdaya 'tuk mengutarakan segalanya lewat kata-kata. Karena, isi hatiku mungkin saja menyimpan pilu atau menenggelamkan bahagia.

Sudah. Jangan tanya kenapa aku menangis. Jangan. Kumohon. Saat kuterpuruk dalam puruk yang paling dalam seperti ini, aku hanya butuh kata-kata penenang yang tulus dari hatimu dan juga bahumu. Supaya aku bisa bersandar dan menangis semauku, hingga aku merasa lebih tenang dan nyaman untuk bercerita padamu.

Sekali lagi, jangan tanya kenapa aku menangis. Kumohon jangan... Bukankah kau mampu membaca perasaanku lewat sorot mataku nan sayu ini? Bukankah kau bisa memahami isi pikiranku tanpa kuberitahu? Bukankah begitu?

Jika kau sudah tahu kenapa aku menangis. Maka, biarkan aku menangis. Biarkanlah air mata ini mengalir, sederas rinai hujan yang pernah membasahi kita. Biar. Sebab, aku sedang ingin bersamamu sebelum jarak benar-benar membuat spasi antara kita. Sebelum waktu berlalu secepat kilat, lantas menyisakan cerita. Mengukirkan kenangan.

Maka, biarkan aku menangis. Setelah itu, aku bisa tersenyum saat kutahu kau ada di saat ku terjatuh dalam kesedanan ini. Maka, biarkan aku menangis, jika itu dapat mengenyahkan sedikit rasa sesak di dadaku. Biar. Biar air mata ini menetes. Aku hanya ingin menangis. Namun, tangisku ini bukan agar membuatmu merasa iba padaku. Bukan. Sebab, sejujurnya tangisku ini adalah gambaran betapa hancurnya perasaanku saat ku harus berpisah untuk yang kesekian kalinya denganmu. Betapa remuknya hatiku saat kau dan aku harus jauh oleh jarak yang tak dapat kuhitung. Melewati pegunungan nan tinggi, menyeberangi samudera,... sungguh jauh yang tak terbantahkan. Maka, biarkan aku menangis. Ya, biarkan aku menangis di bahumu.

Selasa, 28 Februari 2017
19:56 WIB
✏✏✏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Luka, Harapan, dan Secercah Cahaya dari Tuhan

Celotehan Akhwat Akhir Zaman